BAB 5
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
A. PEMBELAJARAN
PENGGUNAAN PAPAN
Papan hitam pada zaman dahulu hanyalah sekeping batu untuk
mencatat nota di atasnya tanpa menggunakan kapur tulis kerana pada masa itu
kapur tulis masih belum wujud lagi. Kanak-kanak hanya menggunakan batu kecil
untuk menulis di atasnya. Tulisan dengan mudahnya dipadam menggunakan sehelai
kain buruk bagi membolehkan nota atau masalah lain ditulis.
Pada lewat kurun ke-18 dan awal kurun ke-19, ‘’papan batu’’ ini
sering digunakan di sekolah-sekolah di Amerika Syarikat dan beberapa negara
lain. ‘’Papan batu’’ ini ditambat pada
rangka kayu untuk membantu mengukuhkannya dan mengelakkannya daripada retak.
Pada masa itu, kertas amat mahal dan
sukar untuk didapati dan oleh sebab itu, ‘’papan batu’’ ini amat sesuai sebagai
pengganti.
Namun,
pada suatu ketika, ‘’papan batu’’ ini mula digunakan dengan kaedah terbaru.
Seorang guru geografi yang bekerja di Scotlanddilaporkan telah mengambil ‘’papan batu’’
daripada pelajar-pelajarnya dan menggantungkannya pada dinding. Dia kemudiannya
menggunakannya untuk membuat papan tulis yang boleh diubah untuk menulis maklumat geografi yang membolehkan pelajarnya
membaca bersama-sama. Revolusi papan hitam bermula dari sini.
Ide ini diaplikasikan dengan cepat. Penggunaan papan hitam dalam
cara ini yang pertama sekali direkodkan ialah di benua Amerika Utara, Yaitu
apabila papan hitam digunakan di Akademi Ketenteraan Amerika Syarikat di West
Point. Akademi ketenteraan yang lain juga kemudiannya mengikut kaedah
penggunaan papan hitam ini dan akhirnya, kaedah ini telah tersebar di semua
sekolah-sekolah yang lain.
Kebanyakan pelombongan ‘’papan batu’’ di Amerika Serikat bertempat
di bahagian timur laut, yaitu di kawasan seperti Maine, Vermont,Pennsylvania dan sedikit di bahagian selatan di Virginia. Apabila Amerika Syarikat mula
berkembang ke sebelah barat, jalan-jalan raya batu
membolehkan ‘’papan batu’’ untuk dijadikan papan hitam dihantar dari
negeri-negri ini ke sekolah sepanjang Great
Plain dan kawasan prairi pada sekitar tahun 1840-an. Papan hitam
ini tetap tersebar ke sekolah-sekolah mana saja di Amerika Serikat.
Pada sekitar 1850-an, sekolah-sekolah telah dilengkapkan dengan
papan hitam bersama-sama dengan beberapa perkakas lain seperti bangku. Walau
bagaimanapun, penggunaan papan hitam masih lagi belum menjadi sesuatu yang
biasa.
B. PEMBELAJARAN PENGGUNAAN KAPUR TULIS
Tahun berlalu dan teknologi semakin maju, batu yang digunakan
untuk menulis pada papan hitam telah digantikan dengan kapur tulis. Kapur tulis
yang lembut ini lebih mudah untuk digunakan pada papan hitam dan juga lebih
mudah untuk dibersihkan. Kain buruk yang pernah digunakan untuk membersihkan
tulisan pada papan hitam telah digantikan dengan pembersih
papan hitam yang baru, yang mana mampu menyerap lebih
banyak bubuk kapur tulis dan mengelakkannya daripada
berterbangan di udara. Papan hitam juga tidak lagi diperbuat daripada ‘’papan
batu’’ tetapi kepingan besi dengan porselin.
Kapur adalah, lembut putih, batuan
sedimen yang porous, bentuk batu kapur terdiri daripada mineral kalsit. Kalsit
adalah kalsium karbonat atau CaCO3. Ini bentuk dalam keadaan laut relatif dalam
akumulasi berperingkat dari plat kalsit minit (coccoliths)
gudang dari mikro-organisma yang disebut coccolithophores. Hal ini biasa
dijumpai nodul rijang atau batu tertanam dengan kapur. Kapur juga boleh merujuk
kepada bahan-bahan lain termasuk magnesium silikat dan kalsium sulfat
Kapur papan hitam kapur tidak nyata. Hal ini
benar-benar gipsum (kalsium sulfat), tetapi sering orang menyebutnya
"kapur". Orang-orang menggunakannya untuk menggambar pada hal-hal
sulit, kerana perisian. Jika kapur ini digosok pada sesuatu yang keras atau
kasar, itu akan meninggalkan bekas. Orang sering menulis dengan kapur di sebuah
papan tulis. Sebuah penghapus kapur atau air boleh digunakan untuk membersihkan
kapur tanda pergi sehingga papan kosong lagi. Kedai-kedai biasanya menjual kapur
papan tulis di kayu yang sekitar 5 cm.
Sebagian besar sekolah bahkan universitas
di Indonesia sekarang jarang yang memakai kapur tulis. Alasannya adalah kapur
tulis dianggap kotor, berdebu dan dapat membahayakan kesehatan. Tapi pada
dasarnya bahan kapur tulis tidaklah beracun. Bahan kapur tulis sendiri terbuat
dari kalsium karbonat, yaitu bentuk olahan dari batu kapur alam. Partikel kapur
tergolong besar sehingga untuk orang yang alergi terhadap debu mungkin akan
menganggu seperti bersin dan batuk. Tapi partikel kapur ini tidak masuk ke
dalam paru-paru. Karena ukuran partikelnya yang relatif besar, maka debu kapur
akan disaring oleh bulu hidung kita.
C. PEMBELAJARAN PENGGUNAAN ALAT TULIS PENA DAN SPIDOL
Pena
atau pulpen merupakan salah satu alat tulis saat ini. Tak mudah memang untuk
menentukan sejak kapan manusia mengenal pena. Ada dugaan yang menyebut bahwa
manusia pertama kali menggunakan tatah (besi yang ditajamkan) yang sering
dipakai untuk menulis dan menggambar di atas batu atau lempengan logam dan
merupakan generasi pertama dari pena. Konon, baru pada tahun 1.000 SM terjadi
revolusi alat tulis saat Cina memakai kuas rambut sebagai alat tulis. Kuas itu
menggunakan tinta kering dari jelaga atau arang yang penggunaannya seperti cat
air.
Sekitar
400 SM, ”lahir” pena yang terbuat dari batang alang-alang untuk menulis di atas
kertas papirus. Pena jenis semacam ini dapat ditemukan di Mesir dan Armenia,
sedang Kairo dan Alexanderia terkenal sebagai pasar utama barang-barang
tersebut. Sekarang pun masih banyak orang di sepanjang pantai Teluk Persia yang
mengumpulkan batang alang-alang untuk keperluan itu, sedangkan pemasarannya
menyebar ke sebagian negara Timur. Kabarnya, pena itu paling cocok dengan tinta
dan kertas yang digunakan di sana. Alang-alang yang dipilih biasanya yang
berbatang sangat kecil namun kuat. Setelah dipotong, alang-alang tersebut
disimpan secara khusus, misalnya disimpan di bawah timbunan pupuk kandang
selama beberapa bulan. Hasilnya, selain berubah warna hitam bercampur kuning,
batang akan semakin keras dengan permukaan yang lebih halus. Seiring dengan
berkembangnya mutu kertas, maka menuntut pena yang lebih halus. Bulu angsa pun
jadi pilihan. Jika merujuk kiasan yang ditulis St. Isodore dari Sevile, pena
bulu baru muncul pada abad VII. Meski banyak yang menduga pena bulu telah ada
lebih awal.
Setelah
disortir sesuai panjang dan tebalnya, bulu sayap dipendam dalam pasir panas
agar kulit luarnya kering. Proses ini membuat bulu mudah dibersihkan serta
bagian dalamnya mengerut dan terkelupas. Lalu bulu lembutnya diperkeras dengan
mencelupkannya ke dalam larutan mendidih yang mengandung tawas atau asam
nitrat. Di tahap akhir, ujung pena dibelah dan dibentuk agar enak dipakai.
|
Pena |
Pena
bulu angsa mempunyai peran yang penting saat itu. Pena Baja ditemukan pada
1820, dan berangsur-angsur mengambil alih tugas bulu angsa. Bentuknya pun
beragam dari yang bundar, runcing, dan pahat. Sekarang kita hanya menggunakan
pena-pena yang dihasilkan dari pabrik, siap pakai untuk segala tujuan.
Pada
tahun 1828, orang mulai mengenal pena baja yang diperkenalkan John Mitchell
dari Birmingham Inggris. Seharga kira-kira 7,5 liter beras sekarang ini.
Sayang, saat itu orang merasa tidak nyaman memakainya jika setiap kali pena
baja itu harus dicelupkan ke dalam tinta.
Tahun
1884, muncullah pulpen berkantung tinta dengan prinsip kerja pipa kapiler yang
salah satunya dibuat oleh orang Amerika, Lewis
Edson Waterman. Pena ciptaan Waterman ini memang telah membuat revolusi
tersendiri dalam bidang penulisan. Sebab manusia tak perlu lagi berulang kali
mencelupkan pena ke dalam tempat tinta setelah selesai menulis beberapa kata.
Waterman telah menggunakan plat berbalut iridium emas pada mata pen tersebut.
Ia juga merupakan orang yang pertama meletakkan klip pada penutup pen.
Model
pena berikutnya adalah pulpen yang mengandalkan bola logam di ujung pena yang
akan terus terendam cairan tinta dari kantung tinta. Maka pulpen dilengkapi
tutup atau tombol mekanis yang mencegah tinta mengering di ujung. Berbagai
model dan bentuk, banyak dibuat kala itu. Namun, model yang paling memuaskan
adalah karya Lazlo Biro. Pulpen pernah sangat populer di Inggris terutama
selama PD II (1939-1940) yang kala itu banyak disukai para pilot tempur karena
tidak bocor saat dibawa terbang.
Berbeda
dengan pulpen yang menggunakan tinta encer, bolpen menggunakan tinta kental dan
lengket. Hal inilah yang menyebabkan tak mudah bocor ke ujung sehingga bola
menjadi belepotan. Tahun 1960-an mulai dikenal pena berujung lembut yang kita
sebut spidol. Ini terobosan baru, karena mata penanya terbuat dari plastik
berpori, kantung tintanya pun mengandung sintetis yang berserat. Sedangkan cara
kerjanya seperti spons menyimpan air.
Menilik
kelebihan setiap jenis pena maka timbul gagasan untuk memadukannya. Hasilnya
pena rolling ball dengan bola di ujung mata pena
seperti bolpen, namun menggunakan tinta cair yang tersimpan aman di kantung
seperti pada pulpen atau spidol. Saat dipakai, ujung pena akan meluncur nyaman
pada permukaan kertas layaknya menggunakan pulpen atau spidol.
Spidol yang dianggap bersih, tak berdebu
dan aman ternyata mengandung bahan kimia berbahaya yaitu xylene. Bahan inilah
yang menimbulkan aroma khas pada spidol. Partikelnya yang lebih kecil daripada
kapur memungkinkan masuk ke dalam tubuh. Bahan kimia ini dapat menimbulkan
gejala inhalasi mirip ketika orang menggunakan obat penenang atau alkohol, yang
efeknya bisa bertahan hingga 15 sampai 45 menit. Beberapa merek spidol juga
mengandung propyl alcohol yang tidak terlalu beracun tetapi dapat mengiritasi
mata, hidung dan tenggorokan.
Untuk menghindari bahaya tersebut, jangan
gunakan spidol terlalu dekat dan dalam jangka waktu yang lama. Tapi sekarang
sudah banyak spidol yang bebas dari bahan kimia berbahaya kok. Tinggal kita aja
yang pinter-pinter memilih spidol yang bagus. Tapi ane sendiri lebih senang
pake kapus tulis dan papan tulis yang berwarna hijau tua atau greenboard (kayak
papan tulis di jepang) karna warnanya yang kontras dan jelas, kalau pake
whiteboard dan spidol kadang-kadang suka silau dengan cahaya ketika duduk di
pinggir kelas.
D.
PEMBELAJARAN DAN PENGGUNAAN OHP
OHP atau Overhed
Projector adalah varian dari slide proyektor yang di gunakan untuk menampilkan
gambar ke murid.
OHP merupakan jenis perangkat keras yang sangat
sederhana, terdiri atas sebuah kotak dengan bagian atasnya sebagai landasan
yang luas untuk meletakkan transparansi. Cahaya yang amat terang dari lampu
proyektor amat kuat menyorot dari dalam kotak kemudian di biaskan oleh sebuah
lensa khususm yaitu lensa Fresnel,melewati sebuah transparan ukuran 20 x 25 cm
yang di tempatkan di atas landasan tersebut.
Pada tahun 1940-an, Dr.Dennis Gabor, seorang fisikawan
Hongaria, menemukan teknik holografi. Berkat penemuanya tersebut, ia
dianugerahi penghargaan Nobel pada tahun 1971. Hasil temuanya menjadikan ia
sebagai perintis bapak dan sekaligus pencipta holografi. Sayangnya perkembangan
bidang ini berjalan lambat hingga tahun 1980-an. Akhirnya perkembangan
holografi mulai bergerak lagi dengan adanya perkembangan teknologi laser.
Hologram
adalah produk dari teknologi holografi. Hologram terbentuk dari perpaduan dua
sinar cahaya yang koheren dan dalam bentuk mikroskopik. Hologram bertindak
sebagai gudang informasi optic. Informasi-informasi optik itu kemudian akan
membentuk suatu gambar pemandangan atau adegan.
Sebuah
sistem pemantul cahaya dari cermin dan lensa, yang di tempatkan di atas kotak
landasan, menghasilkan berkas cahaya berbelok 90***. Dengan lampunya yang amat
terang dan sistem optiknya yang efisien, menghasilkan banyak sekali cahaya
sehingga untuk di pergunakan di ruangan biasa tanpa penggelapan.
Proyektor overhead yang pertama digunakan
untuk identifikasi polisi bekerja. Itu menggunakan plastik roll over a 9-inch
memungkinkan karakteristik wajah tahap untuk menjadi menggelinding di panggung.
Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1945 adalah yang pertama
menggunakannya dalam kuantitas untuk pelatihan sebagai Perang Dunia II luka
bawah. Mulai digunakan secara luas di sekolah-sekolah dan bisnis di akhir
1950-an dan awal 1960-an.
Produsen utama overhead projector dalam
periode awal ini adalah perusahaan 3M. Sebagai permintaan proyektor tumbuh,
Buhl Industri didirikan pada tahun 1953, dan menjadi kontributor terkemuka AS
selama beberapa penyempurnaan optik untuk proyektor overhead dan lensa
proyeksi. Pada tahun 1957 Amerika Serikat pertama Federal Aid untuk program
Pendidikan mendorong penjualan overhead yang tetap tinggi hingga akhir 1990-an
dan ke abad 21.
E.
PEMBELAJARAN DAN PENGGUNAAN LCD PROJECTOR
Proyektor LCD merupakan salah satu
jenis proyektor yang
digunakan untuk menampilkan video, gambar, atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar seperti tembok,
dsb. Proyektor jenis ini merupakan jenis yang lebih modern dan merupakan teknologi yang
dikembangkan dari jenis sebelumnya dengan fungsi sama yaitu Overhead Projector
(OHP) karena pada OHP datanya masih berupa tulisan pada kertas bening.
Proyektor LCD biasanya digunakan untuk menampilkan gambar pada presentasi atau perkuliahan, tapijuga bisa digunakan sebagai
aplikasi home theater. Untuk menampilkan gambar, proyektor LCD mengirim cahaya dari lampu halide logam yang diteruskan ke dalam prisma yang mana cahaya akan tersebar
pada tiga panel polysilikon, yaitu komponen warna merah, hijau dan biru pada sinyal video. Proyektor LCD berisi panel cermin yang terpisah satu sama lain. Masing-masing panel terdiri dari dua pelat cermin yang di antara keduanya terdapat liquid crystal. Ketika terdapat
perintah atau instruksi, kristal akan membuka untuk membolehkan cahaya lewat atau menutup untuk mem-block cahaya tersebut Membuka dan menutupnya pixel ini yang bisa membentuk gambar. Lampu yang digunakan pada proyektor LCD adalah lampu halide logam karena menghasilkan suhu warna yang ideal
dan spektrum warna yang luas. Lampu ini juga memiliki kemampuan untuk memproduksi cahaya dalam juga sangat besar dalam area kecil dengan arusproyektor sekitar 2.000-15.000 ANSI lumens.
Indonesia termasuk salah
satu negara tujuan pasar proyektor LCD ini. Berbagai perusahaan proyektor LCD memasarkan produk mereka seperti Sony dan Sanyo. Produk proyektor LCD yang mereka tawarkan beragam mulai dari yang hemat energi sampai model
terbaru yang lebih kecil dan ringan.
F. PEMBELAJARAN ELEKTRONIK
Sistem
pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru
dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan e-learning,
peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di
ruang kelas untuk menyimak
setiap ucapan dari seorang guru secara
langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran,
dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program
studi atau program pendidikan.
1.
Plus Minus E-learning
Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi
berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran
guru adalah komputer dan
panduan-panduan elektronik yang dirancang
oleh "contents writer", designer e-learning dan pemrogram
komputer.
Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah :
- melakukan
pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir
- mengembangkan
diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya
- mengontrol
kegiatan belajar peserta didik.
Kehadiran guru
sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi secara langsung dengan para
murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini. Inilah yang
menjadi ciri khas dari kekurangan e-learning yang tidak bagus. Sebagaimana asal
kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan learning (belajar),
maka sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
2.
Sejarah dan Perkembangan E-learning
E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh
universitas Illinois di
Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer
(computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu,
perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
(1) Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai
bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun
berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia
(Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.
(2) Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak
tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan
diproduksi secara massal.
(3) Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan
perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan
internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai
dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan
lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat
pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu
dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang
dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM,
ARIADNE, dsb.
(4) Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan
LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk
pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai
digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga
semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan
interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran
kecil.
3.
Elearning 2.0
Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru
terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya
teknologi Web 2.0. Sistem
konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran
yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya
melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan
mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya,
e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan
penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second
Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning.
Selain itu juga, E-learning 2.0 erat hubungannya dengan Web 2.0, social networking
(Jejaring Sosial) dan Personal
Learning Environments (PLE).