Blogger Widgets

Jumat, 11 Oktober 2013

Keteguhan dan Teduhnya "Ibu"

Rapuh..
Dia rapuh dalam fisik, tapi tiba-tiba dia jadi dokter untuk dirinya sendiri. Cepat bangkit, bahkan tak sedikitpun raut putus asanya tersirat. Wajahnya sendu tapi menyimpan keteguhan, seolah-olah ia yakin akan masa depan yang lebih menjanjikan.





Buah hatinya,,
Itu obat utama bagi keteguhan jiwanya.
langkah kaki mungilnya selalu berirama cambukkan yang sangat kuat memperkuat tekadnya. Ah... andai satu hari bisa ia jalani lebih dari 24 jam. Maka akan ia lakukan lebih dari apa yang sudah ia kerjakan. Baginya 24 jam tak cukup untuk mengisi pundi-pundi receh yang ia kumpulkan.

Malam yang panjang hanya sekejap mata ia lewati untuk beristirahat.
Pagi buta saat sang buah hati masih berlari di mimpinya, ia mengetuk pintu rumah tetangga untuk mencuci pakaian kotor setiap harinya. itulah cara dia menjemput rizki. Sepagi mungkin dan secepat mungkin. Embun pagi di  kaki pegunungan, biasa ia lewati. Dinginnya menusuk pori-pori bahkan hembusan napasny sedingin uap es. Ahhh... apalah arti semua itu. Ia hanya memikirkan buah hatinya agar  bisa sekolah layaknya anak seusianya.

Sebelum matahari terbit,
ia telah berada kembali di dapur rumahnya, menyiapkan air panas untuk mandi buah hatinya. Sebisa mungkin rasa lelah itu ia sembunyikan demi menyambut buah hatinya setiap pagi dengan senyum keceriaan.





"Nak.. jadilah anak yang selalu pantang menyerah, raih apa yang ingin kamu raih. Ibu akan selalu mendampingimu dengan ribuan untaian doa keselamatan untukmu."

Itulah pesan yang selalu aku ucapkan. Semoga anak ini mengerti apa yang ia katakan. Ia masih sangat kecil untuk mengerti pahitnya hidup yang harus ia jalani.

Dengan tubuhnya yang masih akan tumbuh, dengan sigap meraih tas gendongnya dan mulai bersiap menuju pintu sekolah pertamanya. 

Taman kanak-kanak.... 
ya, usianya masih 4 tahun saat ini. Di taman kanak-kanak inilah ia akan mulai mempelajari semuanya..
 


Bogor, 11 Oktober 2013
Maulina Xazeshio


Tidak ada komentar:

Posting Komentar