Putri Herlina...Sepasang Tangan Bidadari
Sepasang tangan tumbuh di hati....
Jogjakarta, 1988
Aku
masih kelas 2 SD, tinggal di sebuah desa yang tenang di satu sudut
Jogja. setiap hari berangkat sekolah, sesudahnya aku habiskan dengan
bermain bola di belakang rumah, berlarian di tengah sawah, main layangan
hingga Magrib datang...
ketendang bola sekeras mungkin, kutangkap dengan tanganku, kulempar lagi hingga jauh sekali... layangan
kutarik ulur hingga terbang dibawa angin, tembus ke awan, meliuk-liuk,
setiap hentakannya memberi sensasi di ujung jari-jariku...
semua tak lebih dari keriangan anak kecil menikmati dunianya, tanpa pernah berfikir bahwa aku lahir sempurna...
Sudut Jogjakarta, di tahun yang sama...
sepasang
manusia yang tidak menginginkan anaknya, membuang begitu saja bayi
kecil yang baru melihat dunia. Bayi itu tidak memiliki tangan, mereka
malu... mereka tidak mau menanggung beban. Aib ini harus dihilangkan,
aib ini harus dilenyapkan...
.................................