Putri Herlina...Sepasang Tangan Bidadari
Sepasang tangan tumbuh di hati....
Jogjakarta, 1988
Jogjakarta, 1988
Aku
masih kelas 2 SD, tinggal di sebuah desa yang tenang di satu sudut
Jogja. setiap hari berangkat sekolah, sesudahnya aku habiskan dengan
bermain bola di belakang rumah, berlarian di tengah sawah, main layangan
hingga Magrib datang...
ketendang bola sekeras mungkin, kutangkap dengan tanganku, kulempar lagi hingga jauh sekali... layangan
kutarik ulur hingga terbang dibawa angin, tembus ke awan, meliuk-liuk,
setiap hentakannya memberi sensasi di ujung jari-jariku...
semua tak lebih dari keriangan anak kecil menikmati dunianya, tanpa pernah berfikir bahwa aku lahir sempurna...
Sudut Jogjakarta, di tahun yang sama...
sepasang
manusia yang tidak menginginkan anaknya, membuang begitu saja bayi
kecil yang baru melihat dunia. Bayi itu tidak memiliki tangan, mereka
malu... mereka tidak mau menanggung beban. Aib ini harus dihilangkan,
aib ini harus dilenyapkan...
.................................
Hari
ini aku baru saja mampir ke Kedai Digitalku di cabang Babarsari,
wilayah di timur Kota Jogja, menuju ke utara entah mengapa perasaan
menuntunku membelokkan setir ke barat. semua serba dadakan tanpa
rencana.
"kita ke Panti Asuhan Sayap Ibu dulu yaa" kataku
istriku yang pernah kuajak kesana langsung mengangguk.
Panti
Asuhan ini hanya fokus menampung bayi-bayi terlantar yang dibuang orang
tuanya, anak-anak malang yang tidak diharapkan kehadirannya ke dunia.
Mereka tinggalkan begitu saja, benih suci ciptaan Illahi yang terhempas
di jalanan...
Beberapa
bulan lalu saya pernah ke Panti ini, ada 25 bayi mungil yang tidur
dalam kasur yang dikelilingi besi. Bayi-bayi yang tidak tau siapa ayah
ibunya, ada yang tertidur ada yang berguling-guling menikmati botol
susunya. siapapun yang masih punya hati nurani bakal miris sekali...
ayah ibu mereka entah siapa...
pemuja kenikmatan dunia...
mau enak tapi gak mau anak...
"silahkan Mas, Mbak.. monggo apa yang bisa kami bantu?" sambut
ibu pengelola panti, sekilas aku melihat ada orang yang lewat dibalik
lemari pembatas. Kami ngobrol sebentar dengan ibu pengelola panti,
sampai akhirnya aku melihat siapa yang ada dibalik lemari itu...
"ini
mas, mbak kenalkan namanya Lina... dia paling pintar disini, sekolahnya
juga pintar, sudah lulus SMA, bisa komputer, bisa pakai jilbab sendiri,
mbak Lina nih yang bantu kami mengelola yayasan ini" lanjut ibu Panti.
Aku
dan istriku memandang Lina, mungkin tadi bukan prestasi yang luar biasa
sampai kami kemudian melihat sosoknya... gadis cantik, manis, berkulit
putih, berambut panjang, dengan senyum yang mengembang... dan dia tidak
punya tangan...
kami
bengong, takjub dengan sosok di depan kami, anak ini luar biasa..
dengan senyum dan tatapannya orang tidak akan menemukan kekurangan di
dirinya.
aku
minta ijin ke ibu panti untuk melihat bayi-bayi itu di dalam, sengaja
aku mengajak Lina untuk mengantar kami, ada sesuatu di anak itu yang aku
ingin tau.....................
Bayi-bayi
itu sedang tidur siang, ada beberapa yang terbangun terdiam menatap
langit-langit kamar, mencari-cari sentuhan ibu yang datang semu..
"aku
dulu seperti mereka mas, mereka semua sempurna, aku cacat sejak lahir
dan tinggal di panti ini, sekarang ada 30 bayi cacat yang dikumpulkan di
Panti di Kadirojo Kalasan sana, semua nasibnya sama dengan aku sejak
kecil tidak tau siapa orang tua kami" Lina mulai bercerita.
"kamu sekolah dimana dulu?" tanyaku.
"aku
sekolah di sekolah biasa mas, aku gak mau dikasihani, SMPku di sekolah
Muhammadiyah biasa, SMAku juga, aku tidak minta meja khusus... kutulis
semua dengan kakiku, bisa kok!" Lina bercerita dengan senyum cerahnya...
anak ini istimewa pikirku, semangatnya luar biasa! harusnya dia sudah ada di Kick Andy untuk berbagi semangat pada semua!
aku
ingat cerita ibu panti, bayi-bayi cacat ini lahir karena gagal di
aborsi, bapak ibunya tidak mengharapkan kehadirannya, segala macam cara
dilakukan, namun ketika Tuhan Sang Pemilik Hidup berkata lain, tetap lahir mereka walau dalam kondisi cacat akibat ulah orangtuanya sendiri...
Aku
ingat, Rizki bayi yang tidak punya lobang dubur 6 bulan lalu masih
disini, dibuatkan lobang diperutnya, aku pernah memegang tangannya
ketika dia merangkak-rangkak ingin keluar dari box yang menghalanginya.
"siapa
lagi mas yang mau merawat mereka? kami disini bertekad menjaga mereka,
ini Amanah Allah mas, mereka tetap manusia walau cacat diseluruh
tubuhnya..." kata ibu Panti
"kamu tiap hari disini Lin?" tanyaku lagi
"iya
mas, aku bantu ibu-ibu pengelola yayasan ini. Aku bisa lakukan semuanya
kok, ngetik, internet, pakai HP aku bisa semua pakai kakiku.. Tuhan itu
Maha Adil mas, di setiap kekurangan yang dimiliki manusia, pasti ada
kelebihannya..." senyumnya mengembang
anak ini luar biasa... malu aku jika kalah dengan semangatnya!
Ibu panti pernah berkata "jatah
biaya makan dari pemerintah hanya 2500 rupiah per anak per hari,
bayangkan mas dengan makanan burung saja mahal makanan burung.."
miriiis
sekali kita mendengarnya, sementara aku pun sama seperti kalian muak
dengan berita-berita uang negara di korupsi dimana-mana, bayi bayi ini
jatahnya hanya 2500!!
"Kamu dah punya pacar belum Lin" Tanyaku, Lina hanya tertawa..
Aku
pernah ngemci lho mas di Amplaz (Ambarukmo Plaza Jogja), acara buat
anak-anak penyandang cacat. cuek aja aku maju di panggung, pokoknya aku
tidak mau dibedakan dengan yang lain..." katanya berbinar-binar
Putri
Herlina, di sekolah dia dipanggil Putri, di panti dia dipanggil Lina,
gadis cantik ini tumbuh di dalam panti dengan semua keterbatasannya,
sekarang menjadi gadis yang cerdas, dan mendedikasikan waktunya untuk
mengurus bayi-bayi yang senasib dengannya...
aku tiba-tiba melihat dia begitu sempurna...
seperti ada tangan yang tumbuh keluar dari hatinya...
tangan yang indah yang bisa memeluk bayi-bayi malang di dalam sana...
seperti sayap yang dimiliki ibu yang mengasihi anak-anaknya
maluuuu aku jika melihat semangatnya! tanganku kalah tangkas dengan semangat yang keluar dari tubuh tidak bertangan itu...
"Besok aku buatin Mug buat kamu ya Lin, aku anter ke sini deh!" Janjiku
istriku menyelipkan kartunamaku ke kantung celana samping Lina, dia tersenyum... "makasih ya mbak" ucapnya
........................................
Di
dalam mobil istriku berurai airmata, haru sekaligus bersyukur dengan
apapun yang kami alami hari ini. seperti biasa aku melihat langit,
seperti ada sepasang mata besar di balik awan yang membuat teduh hati
kami... wahai sang Pemberi Hidup...
Jogja
beranjak sore, anak-anak kecil bermain bola di sisi selokan Mataram,
berlarian dengan kencang, tangan mereka melambai saling menggapai...
seperti aku 23 tahun lalu...
mobilku menderu menuju Kalasan....
*diketik di Kamarku, dibaca dimana sadja
9 Juni 2011
Kawan-kawan:
saat
ini ada 18 bayi normal, dan 30 bayi cacat di Panti Asuhan Sayap Ibu,
mereka berjuang hidup hanya dengan bantuan pemerintah yang tidak
seberapa (2500/hari/anak) dan dari donatur! saat ini hanya ada 2 donatur
tetap di sini, selebihnya adalah donatur tidak tetap yang datang silih
berganti, tidak bisa dijagakan setiap hari.
Kisah ini benar-benar telah membuka mata kita.,.Mata hati kita..
Kita masih beruntung memiliki orang tua secara lengkap. Orang tua yang masih merawat kita sejak kita lahir. Dan kita terlahir dengan Utuh.. mba Putri Herlina benar2 luar biasa..
Terima Kasih mba..
Keindahan Itu Ada
sumber : http://saptuari.blogspot.com/2011/06/putri-herlina.html
subhanalloh.....luar biasa
BalasHapus